Maaf, tidak ada data geolokasi yang dapat dipulihkan untuk perangkat Anda. Harap isi kolom formulir di bawah ini untuk memaksa deteksi geolokasi Anda saat ini.
Tiilangga merupakan topi khas orang Rote. Kata tiilangga berasal dari ti’i dan langga. Ti’i artinya tante dan langga artinya kepala. Filosofi tiilangga sendiri bermakna bahwa kehormatan laki-laki (penguasa) terlihat dari sejauh mana perempuan diberikan tempat dalam kebijakan publik.
Tiilangga memiliki satu antena yang bermakna bahwa pengusaha itu cuma ada satu orang dan untuk bisa sukses memimpin dia harus mempunyai tekad yang kuat atau tidak ragu-ragu dalam mengambil keputusan. Pada antena terdapat hiasan seperti bunga yang bermakna bahwa penguasa harus menjalankan pemerintahan dengan jiwa seni dan memberi kedamaian bagi rakyat. Tepian topi dengan jumlah daun yang beragam, mencerminkan jumlah kepala suku pada setia nusak (kerajaan) di Pulau Rote yang berperan sebagai pelindung raja. Akan tetapi Tiilangga hanya dikenakan sebagai perlengkapan pakaian kaum laki-laki. Aksesoris lain yaitu selimut yang disilangkan di bahu kanan, selimut (hafa) yang dililitkan di pinggang, dan habas yang dikalungkan di leher.
Sedangkan aksesoris busana perempuan yaitu bula molik (bulan sabit) dipakai di kepala, selempang, sarung, pendi (ikat pinggang wanita) terbuat dari perak/emas, dan habas yang dikalungkan di leher.
Nara Hubung pembuat tiilangga:
Ibu Otto (Desa Tuanatuk, HP: 082145979249)
Nona Kiak (Desa Hundihopo, HP: 0812373603396)
Nara Hubung pengrajin aksesoris dan penenun Rote:
Joni Fia (pengrajin aksesoris perak, Keluraan Namodale) : 082144611165
Nofriani Bunga (penenun Rote, Kelurahan Namodale) : 085253278187
Kami menggunakan cookie untuk memastikan bahwa kami memberi Anda pengalaman terbaik di situs web kami.Jika Anda terus menggunakan situs ini, kami akan berasumsi bahwa Anda menyukainya.Accept
Tii’langga Dan Aksesoris Busana Adat Rote
Tiilangga merupakan topi khas orang Rote. Kata tiilangga berasal dari ti’i dan langga. Ti’i artinya tante dan langga artinya kepala. Filosofi tiilangga sendiri bermakna bahwa kehormatan laki-laki (penguasa) terlihat dari sejauh mana perempuan diberikan tempat dalam kebijakan publik.
Tiilangga memiliki satu antena yang bermakna bahwa pengusaha itu cuma ada satu orang dan untuk bisa sukses memimpin dia harus mempunyai tekad yang kuat atau tidak ragu-ragu dalam mengambil keputusan. Pada antena terdapat hiasan seperti bunga yang bermakna bahwa penguasa harus menjalankan pemerintahan dengan jiwa seni dan memberi kedamaian bagi rakyat. Tepian topi dengan jumlah daun yang beragam, mencerminkan jumlah kepala suku pada setia nusak (kerajaan) di Pulau Rote yang berperan sebagai pelindung raja. Akan tetapi Tiilangga hanya dikenakan sebagai perlengkapan pakaian kaum laki-laki. Aksesoris lain yaitu selimut yang disilangkan di bahu kanan, selimut (hafa) yang dililitkan di pinggang, dan habas yang dikalungkan di leher.
Sedangkan aksesoris busana perempuan yaitu bula molik (bulan sabit) dipakai di kepala, selempang, sarung, pendi (ikat pinggang wanita) terbuat dari perak/emas, dan habas yang dikalungkan di leher.
Nara Hubung pembuat tiilangga:
Nara Hubung pengrajin aksesoris dan penenun Rote:
Penulis posting
Lebih banyak posting